LiputanMu.ID – Pada 18 Februari, spekulasi semakin menguat mengenai kemungkinan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) menarik bandingnya terhadap putusan Programmatic Sales dalam kasus Ripple.
Harapan akan berakhirnya sengketa hukum yang telah berlangsung lebih dari empat tahun semakin meningkat, terutama setelah perkembangan dalam kasus penegakan hukum SEC lainnya.
Perhatian investor tertuju pada kasus SEC vs Coinbase yang juga berlangsung pada 18 Februari.
Baca Juga: Prediksi Harga Ripple: Analis Sebut Lonjakan XRP 1.500% ke $27, Bull Run 2017 Terulang?
Perkembangan dalam kasus ini memengaruhi sentimen terhadap langkah-langkah regulasi SEC yang tidak berkaitan dengan tindakan penipuan.
John Reed Stark, mantan Kepala Kantor Penegakan Hukum Internet SEC, mengomentari keputusan SEC untuk menunda kasus Coinbase:
“Berita terbaru: Kasus SEC terhadap Coinbase ‘Ditangguhkan’ (Seperti halnya kasus SEC terhadap Binance). Kemungkinan besar SEC juga akan ‘menangguhkan’ banding dalam kasus Ripple. Ini menjadi pertanda bahwa penegakan hukum SEC terhadap kripto telah berakhir.”
Stark juga menganalisis permohonan bersama tiga halaman yang diajukan dalam kasus Coinbase, yang menyatakan bahwa SEC sedang meninjau kembali kebijakan terkait kripto.
Menurutnya, ini merupakan sinyal bahwa SEC mungkin tidak akan melanjutkan kasusnya terhadap Coinbase.
Selain itu, Stark menyoroti ketidakhadiran Jorge Tenreiro, salah satu litigator utama SEC dalam kasus terkait kripto, yang semakin menambah spekulasi mengenai strategi regulator tersebut.
Pergantian tim hukum SEC di bawah kepemimpinan sementara Ketua SEC saat ini juga menjadi sorotan.
Tren Harga XRP: Apakah Penarikan Banding Akan Meningkatkan Nilai?
Pada 18 Februari, XRP mengalami penurunan 3,75%, melanjutkan tren negatif setelah sebelumnya turun 2,52% pada hari Senin dan ditutup di level $2,5611.
Koreksi ini lebih tajam dibandingkan dengan pasar kripto secara keseluruhan, yang mengalami penurunan 1,14% dengan total kapitalisasi pasar mencapai $3,1 triliun.
Ketidakpastian mengenai langkah SEC dalam kasus Ripple tetap menjadi faktor utama yang menahan pergerakan XRP.
Berbeda dengan kasus Binance dan Coinbase, SEC masih memiliki waktu hingga April untuk memutuskan apakah akan menarik atau melanjutkan bandingnya.
Sementara itu, Ripple harus mengajukan tanggapan terhadap banding tersebut sebelum 16 April.
Berikut adalah beberapa skenario pergerakan harga XRP:
- Skenario Bullish: Jika SEC menarik bandingnya, harga XRP berpotensi menembus rekor tertingginya di $3,5505.
- Faktor ETF: Persetujuan ETF berbasis XRP dapat mendorong harga menuju $5 akibat meningkatnya minat investor institusional.
- Skenario Bearish: Jika SEC melanjutkan bandingnya dan ETF tidak disetujui, XRP bisa turun di bawah $1,50.
Bitcoin Stagnan Menjelang Rilis Risalah Rapat FOMC
Bitcoin (BTC) terus bergerak stagnan di tengah minimnya katalis baru.
Selain kasus Ripple, tekanan terhadap BTC juga datang dari data ekonomi AS yang dirilis pada 18 Februari, di mana investor menanti risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu mendatang.
Indeks Manufaktur Empire State New York melonjak dari -12,6 di Januari menjadi +5,7 di Februari, menandakan adanya tekanan inflasi yang meningkat.
Hal ini berpotensi menunda pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang dapat berdampak negatif pada permintaan BTC.
Menanggapi data ini, BTC sempat naik ke level $96.782 sebelum akhirnya turun ke $93.431.
Pasar ETF BTC di AS Menunjukkan Tren Penurunan Permintaan
Sentimen pasar terhadap kebijakan The Fed juga memengaruhi arus dana di pasar ETF Bitcoin di AS. Berdasarkan data dari Farside Investors:
- ETF BTC Bitwise (BITB) mencatat arus keluar bersih sebesar $112,7 juta pada 18 Februari.
- Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC) mengalami arus keluar sebesar $16,4 juta.
- Secara keseluruhan, tanpa memperhitungkan iShares Bitcoin Trust (IBIT), pasar ETF BTC di AS mencatat arus keluar bersih sebesar $129,1 juta. Tren ini melanjutkan arus keluar sebesar $580,2 juta yang terjadi pekan sebelumnya, menyebabkan BTC tetap bertahan di sekitar level $95.000.
Tren aliran dana ETF ini menjadi faktor penting dalam keseimbangan permintaan dan penawaran BTC, terutama dengan adanya spekulasi mengenai potensi pembentukan Cadangan Bitcoin Strategis (SBR) oleh pemerintah AS.
Prospek Harga Bitcoin
Pada 18 Februari, BTC melemah tipis 0,14% setelah turun 0,48% sehari sebelumnya, menutup perdagangan di level $95.635.
Baca Juga: Bitcoin Alami Inflow $1 Miliar ke Bursa, Akankah Terjadi Penurunan Harga Besar-Besaran?
Rangkaian tiga hari penurunan ini membuat BTC masih gagal menembus level $100.000 selama sebelas sesi perdagangan berturut-turut.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi pergerakan BTC ke depan:
- Risalah Rapat FOMC: Wawasan tentang inflasi, pasar tenaga kerja, dan kebijakan moneter.
- Kebijakan Tarif AS: Ketegangan perdagangan dan dampaknya terhadap perekonomian.
- Perkembangan SBR: Sikap pemerintah AS terkait pembentukan cadangan Bitcoin strategis.
Skenario harga BTC yang mungkin terjadi:
- Bearish: Kebijakan The Fed yang lebih ketat, meningkatnya ketegangan perdagangan, serta penolakan SBR bisa mendorong BTC turun ke $90.000.
- Bullish: Kebijakan moneter yang lebih longgar, berkurangnya ketegangan perdagangan, serta perkembangan positif dalam SBR bisa mendorong BTC kembali ke rekor tertingginya di $109.312.
Outlook Pasar: Regulasi Tetap Jadi Kunci
Investor perlu memperhatikan beberapa faktor penting yang dapat memengaruhi adopsi institusional dan pergerakan harga:
- Keputusan SEC terkait banding dalam kasus Ripple.
- Kebijakan tarif AS dan dampaknya terhadap inflasi.
- Panduan kebijakan moneter The Fed.
- Perkembangan terkait Cadangan Bitcoin Strategis (SBR).
- Arus dana di pasar ETF BTC dan tren adopsi oleh institusi.
Apakah SEC akan menarik bandingnya? Akankah pemerintah AS benar-benar mengadopsi Bitcoin sebagai cadangan strategis? Tetap ikuti perkembangan terbaru hanya di sini.