LiputanMu.ID – Bitcoin saat ini bergerak di kisaran $96.342 atau turun 1.28% dalam 24 jam terakhir, dengan pergerakan harga yang masih berada dalam rentang $98.600 hingga $95.000 selama 7 hari terakhir.
Di tengah fluktuasi ini, data menunjukkan tren negatif di kalangan trader Bitcoin, yang berpotensi memperbesar risiko penurunan harga.
Lonjakan Inflow Bitcoin ke Bursa di Tengah Ketidakpastian Pasar
Berdasarkan data dari platform analitik on-chain IntoTheBlock, Bitcoin mencatatkan net inflow sekitar $1,4 miliar ke bursa kripto pada pekan lalu.
Baca Juga: Bitcoin Terancam Koreksi di Bawah $90.000 Akibat Perang Dagang Amerika China
Dalam laporan yang dibagikan di platform media sosial X, IntoTheBlock mengungkapkan bahwa total $1,04 miliar Bitcoin telah masuk ke bursa.
Arus masuk ini menghapus outflow yang terjadi dalam tiga pekan sebelumnya.
Pergeseran ini menunjukkan meningkatnya keraguan di kalangan pemegang Bitcoin, yang sebagian besar dipicu oleh ketidakpastian politik dan ekonomi global yang masih berlanjut.
Selain itu, jaringan Bitcoin mengalami penurunan signifikan dalam biaya transaksi. Data on-chain menunjukkan bahwa biaya transaksi turun 10,74% dibandingkan pekan sebelumnya.
Penurunan ini mengindikasikan aktivitas jaringan yang melemah, yang sering kali menjadi sinyal bearish.
Sebaliknya, peningkatan biaya transaksi biasanya menandakan meningkatnya permintaan dan keterlibatan pasar yang lebih tinggi.
ETF Bitcoin Spot Diduga Jadi Pemicu Inflow ke Bursa
Salah satu faktor utama di balik lonjakan inflow Bitcoin ke bursa adalah arus keluar dari ETF Bitcoin Spot.
ETF Bitcoin Spot berbasis di AS telah menjadi pendorong utama reli bullish Bitcoin tahun ini, dengan arus masuk yang konsisten mendukung kenaikan harga. Namun, pekan lalu menunjukkan tren berbeda.
Baca Juga: Harga XRP Tembus $3, Trending di Google Saingi Popularitas Bitcoin
Data dari SosoValue mengungkapkan bahwa ETF Bitcoin Spot di AS mencatat net outflow sebesar $651,83 juta dalam sepekan terakhir.
Ini merupakan outflow mingguan terbesar yang tercatat sejak pekan pertama September 2024.
Fenomena ini menunjukkan bahwa beberapa investor institusional mulai menjual Bitcoin mereka, baik untuk mengamankan keuntungan maupun sebagai respons terhadap ketidakpastian yang masih berlangsung setelah anjloknya harga Bitcoin pada awal Februari.
Tekanan Jual Berpotensi Mendorong Bitcoin ke Tren Bearish
Lonjakan inflow Bitcoin ke bursa berpotensi menciptakan tekanan jual yang semakin besar. Analisis teknikal menunjukkan bahwa Bitcoin saat ini berada dalam jebakan antara level pasokan dan permintaan utama.
Menurut analis kripto Ali Martinez, terdapat dinding permintaan sebesar 1,43 juta BTC di kisaran $94.660 hingga $97.540, sementara dinding pasokan sebesar 1,16 juta BTC berada di kisaran $97.650 hingga $99.470.
Pergerakan harga di luar rentang ini dapat menentukan tren pergerakan besar selanjutnya.
Baca Juga: Analis Kripto Kembali Prediksi XRP Bisa Capai $100, Apa yang Perlu Diketahui?
Jika Bitcoin berhasil menembus level resistensi di $99.470, hal ini dapat memicu momentum beli baru dan mendorong harga kembali ke atas $100.000.
Namun, jika tekanan jual meningkat dan BTC jatuh di bawah level support $94.660, maka koreksi harga yang lebih dalam bisa terjadi.
Pada saat artikel ini ditulis, Bitcoin diperdagangkan di level $96.308 (Senin 17 Februari 2025 pukul 9.46).