Bitcoin Terancam Koreksi di Bawah $90.000 Akibat Perang Dagang Amerika China

LiputanMu.ID – Bitcoin menghadapi risiko koreksi lebih dalam seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap potensi perang dagang global setelah Presiden AS Donald Trump dan Kementerian Keuangan Tiongkok

Redaksi 2

Crypto

Bitcoin dalam Tekanan Perang Dagang Amerika China
Bitcoin dalam Tekanan Perang Dagang Amerika China

LiputanMu.ID – Bitcoin menghadapi risiko koreksi lebih dalam seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap potensi perang dagang global setelah Presiden AS Donald Trump dan Kementerian Keuangan Tiongkok mengumumkan tarif impor baru.

Menurut dokumen resmi yang diterbitkan pada 4 Februari, Kementerian Keuangan Tiongkok memberlakukan tarif impor hingga 15% pada beberapa barang asal AS mulai 10 Februari.

Langkah ini merupakan respons terhadap perintah eksekutif Trump pada 1 Februari yang menerapkan tarif impor terhadap produk dari Tiongkok, Kanada, dan Meksiko.

Baca Juga: Pasar Keuangan dan Kripto Anjlok Pasca Kebijakan Tarif Trump, Ini Dampaknya

Pasar aset kripto ikut merasakan dampaknya. Setelah sempat pulih, harga Bitcoin (BTC) turun di bawah angka psikologis $100.000 pada 4 Februari akibat meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi perang dagang.

BTC sempat menyentuh titik terendah harian di $96.200, sebelum kembali naik. Namun, tekanan global yang meningkat bisa mendorong harga Bitcoin turun ke bawah $90.000.

Bitcoin Berisiko Koreksi Akibat Ketidakstabilan Pasar

Ryan Lee, analis utama di Bitget Research, menilai keputusan tarif dari Tiongkok dapat meningkatkan volatilitas aset berisiko, termasuk Bitcoin.

“Ketegangan yang meningkat dapat melemahkan pasar tradisional, mendorong investor mencari Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan depresiasi mata uang. Namun, aksi jual besar-besaran akibat ketidakpastian ekonomi juga bisa memicu koreksi jangka pendek, menekan Bitcoin di bawah $90.000,” ujar Lee kepada Cointelegraph.

Sejalan dengan itu, James Wo, pendiri dan CEO perusahaan modal ventura DFG, menegaskan bahwa kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh ekonomi besar biasanya menyebabkan penurunan signifikan di pasar keuangan.

“Ada potensi koreksi lebih luas di pasar, termasuk saham dan komoditas, yang bisa menekan Bitcoin ke bawah $90.000 dalam jangka pendek,” ungkapnya.

Namun, jika perang dagang berlangsung lebih lama, dampaknya bisa mempercepat pelemahan nilai dolar AS, meningkatkan inflasi, dan mendorong permintaan global terhadap aset alternatif seperti Bitcoin.

Bitcoin Harus Bertahan di Atas $97.000 untuk Menghindari Volatilitas Lebih Besar

Saat ini, Bitcoin perlu bertahan di atas level $97.000 agar tidak mengalami tekanan jual lebih besar.

Jika BTC turun di bawah angka ini, pasar berisiko mengalami likuidasi leverage lebih dari $1,3 miliar di berbagai bursa, berdasarkan data CoinGlass.

Selain itu, Lee menambahkan bahwa dampak tarif impor terhadap Bitcoin akan bergantung pada kebijakan moneter AS.

Baca Juga: XRP Berisiko Turun ke $2, Analis ungkap Fakta Ini

Jika Federal Reserve (The Fed) merespons ketidakpastian ekonomi dengan menurunkan suku bunga, likuiditas yang meningkat dapat menjadi pendorong bagi harga Bitcoin.

Di sisi lain, kenaikan tarif juga berpotensi memperburuk inflasi dan gangguan rantai pasokan, yang bisa membuat investor semakin melihat Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar tradisional.

Saat ini, para pelaku pasar menunggu perkembangan lebih lanjut dari pertemuan antara Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang bertujuan meredakan ketegangan perdagangan dan mencegah perang dagang penuh.

Hasil diskusi ini dapat berdampak besar terhadap pasar global, termasuk Bitcoin dan aset berisiko lainnya.

Ikuti Kami di Google News

Related Post

Tinggalkan komentar