LiputanMu.ID – Keberadaan sungai kering dan dasar danau di Mars selama ini dianggap sebagai bukti keberadaan air di masa lalu.
Penemuan mineral dari pengamatan orbit maupun pendarat Mars sering kali digunakan untuk memperkuat dugaan ini.
Namun, sebuah artikel terbaru di Nature Geoscience menyarankan bahwa air bukanlah satu-satunya cairan yang mungkin membentuk morfologi dan mineralogi di permukaan Mars.
Artikel ini mengungkap kemungkinan bahwa karbon dioksida cair (CO₂ cair) mungkin lebih dominan dibandingkan air pada kondisi kuno Mars.
Baca Juga: Penemuan Meteorit Berusia 4,45 Miliar Tahun Ungkap Adanya Air di Planet Mars
Studi yang dipimpin oleh Michael Hecht, seorang ilmuwan di MIT dan kepala instrumen MOXIE pada rover Perseverance NASA, menyebutkan bahwa cairan CO₂ dapat menghasilkan perubahan mineral serupa dengan air, bahkan dalam waktu lebih cepat.
Temuan ini didasarkan pada penelitian terbaru tentang penangkapan karbon di Bumi, di mana CO₂ cair disimpan di gua bawah tanah.
Reaksi kimia yang dihasilkan pada proses ini menunjukkan hasil yang mirip dengan perubahan mineral akibat air.
Penelitian ini menantang asumsi lama bahwa hanya air yang dapat menjelaskan pembentukan karbonat, filosilikat, dan sulfat di Mars.
Para penulis artikel tersebut juga memaparkan tiga skenario keberadaan CO₂ cair di Mars, yaitu dalam bentuk cairan stabil di permukaan, pelelehan basal di bawah lapisan es CO₂, dan reservoir bawah tanah.
Baca Juga: Astronom Berhasil Ungkap Asal Usul Sinyal Radio Misterius Pada Tahun 2022 Lalu
Meskipun tekanan dan suhu pada Mars kuno berbeda dengan eksperimen di Bumi, para peneliti menekankan pentingnya studi lanjutan di laboratorium dengan kondisi lebih realistis.
Hecht menambahkan bahwa meskipun hipotesis ini masih spekulatif, tingkat kemungkinan yang tinggi membuat ide ini tidak boleh diabaikan. Dengan memahami kontribusi CO₂ cair, pandangan tentang sejarah geologi Mars dapat lebih terperinci.