LiputanMu.ID – Bitcoin baru saja mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa, mencapai US$94.902 (sekitar Rp1,5 miliar), didorong oleh aliran modal yang signifikan dari pasar spot dan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF).
Dalam 30 hari terakhir, pasar kripto tercatat menerima aliran dana lebih dari US$65 miliar (sekitar Rp1 triliun), dengan Bitcoin mendominasi reli ini.
Investasi institusional, khususnya melalui ETF spot Bitcoin di AS, menjadi faktor utama yang menstabilkan pasar selama lonjakan harga ini.
Baca Juga: Remaja Crypto Viral Usai Melakukan “Rug Pull” Senilai Rp 460 Juta pada Livestream
Dengan aliran dana yang terus masuk, kapitalisasi pasar Bitcoin kini mencapai US$1,87 triliun (sekitar Rp29 triliun), menjadikannya aset terbesar ketujuh di dunia.
Hal ini mengungguli aset-aset besar lainnya seperti perak dan Saudi Aramco, serta mendekati Amazon, yang kini hanya unggul sekitar 20%.
Jika dibandingkan dengan komoditas tradisional, kinerja Bitcoin dalam kuartal terakhir sangat mencolok. Sementara emas dan perak mencatatkan kenaikan masing-masing sebesar 5,3% dan 8%, Bitcoin mencatatkan lonjakan lebih dari 41% dalam 30 hari terakhir.
Ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi investor menuju aset digital sebagai alternatif penyimpan nilai.
Tekanan Jual Memengaruhi Harga Bitcoin
Seiring dengan pencapaian harga tertinggi baru, pemegang Bitcoin jangka panjang mulai menjual sebagian aset mereka.
Namun, ETF spot AS berhasil menyerap 90% dari tekanan jual tersebut. Permintaan institusional melalui ETF pun meningkat, dengan aliran dana mingguan antara US$1 miliar hingga US$2 miliar (sekitar Rp15 triliun hingga Rp30 triliun) sejak pertengahan Oktober.
Baca Juga: Cara Transfer dari Mandiri ke DANA, Lengkap Mulai Livin hingga Via ATM
Namun, sebuah laporan dari Glassnode menunjukkan bahwa sejak 13 November, tekanan jual dari pemegang jangka panjang telah melebihi permintaan dari ETF.
Pola ini serupa dengan yang terjadi sebelumnya pada tahun ini, yang biasanya menyebabkan konsolidasi pasar dan peningkatan volatilitas. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah ETF dapat terus mengimbangi tekanan jual yang terus bertambah.
Metrik lainnya, seperti rasio MVRV dan Net Unrealized Profit/Loss (NUPL), menunjukkan bahwa banyak investor yang saat ini menikmati keuntungan yang belum terealisasi, yang mendorong sebagian untuk menjual.
Antara 8 Oktober dan 13 November, pemegang jangka panjang dilaporkan telah menjual sekitar 128.000 BTC, yang menyebabkan saldo bersih Bitcoin turun lebih dari 200.000 BTC sejak Bitcoin melewati harga US$75.600.
Penguasaan Pasokan Bitcoin oleh Pemegang Jangka Panjang
Meskipun terjadi penjualan, pemegang jangka panjang masih menguasai sebagian besar pasokan Bitcoin, yang menunjukkan bahwa banyak dari mereka menunggu harga yang lebih tinggi.
Baca Juga: Cara Transfer dari BCA ke DANA, Lengkap dengan Kode Transaksi serta Biaya 2024
Secara historis, pola ini sering kali menandakan dimulainya fase bull market yang lebih intens.
Apakah Bitcoin Akan Terus Menguat?
Menurut CryptoQuant, para trader saat ini dihadapkan pada dilema besar: jual atau tahan? Perusahaan analitik ini juga menunjukkan beberapa tanda peringatan, salah satunya adalah Indeks Ketakutan & Keserakahan Kripto yang saat ini berada di atas angka 80, menunjukkan adanya potensi overbought di pasar.