LiputanMu.ID – Kemajuan kecerdasan buatan (AI) telah merambah berbagai bidang, termasuk platform hiburan dewasa seperti OnlyFans.
James (bukan nama sebenarnya), seorang kreator asal Swiss, berbagi pengalamannya tentang bagaimana ia menggunakan teknologi AI untuk menghasilkan uang melalui konten inovatif yang mematuhi hukum ketat di negaranya.
Tantangan Hukum dan Etika
Di Swiss, peraturan tentang privasi dan hak atas gambar sangat ketat. Menurut James, menciptakan avatar atau model berbasis AI untuk konten eksplisit menghadapi tantangan hukum yang signifikan.
Baca Juga: Lukisan Robot Ai-Da Terjual Lebih dari Rp 17,3 Miliar Dalam Lelang Seni
“AI selalu terinspirasi dari seseorang; tidak pernah sepenuhnya orisinal,” jelasnya.
Hal ini dapat memunculkan konflik dengan undang-undang data pribadi yang melindungi identitas individu.
Untuk menghindari masalah hukum, James dan rekannya memilih untuk membuat konten berbasis feet pics atau foto kaki.
Strategi ini menghilangkan representasi wajah atau bagian tubuh lainnya. Dengan menggunakan prostesis kaki yang dibeli secara online, mereka memotret dari berbagai sudut dan mengolah gambar tersebut menggunakan AI untuk menghasilkan model realistis.
Teknologi dan Strategi Pemasaran
James memanfaatkan perangkat lunak seperti Blender untuk membuat model 3D dan Unreal Engine’s Metahuman untuk memberikan sentuhan realisme pada avatar yang diciptakannya.
Dengan teknologi seperti StyleGan atau sistem berbasis jaringan saraf buatan ia dapat menghasilkan foto yang sangat realistis tanpa melibatkan individu nyata.
Baca Juga: Samsung Galaxy S25 Ultra Muncul dalam Video Hands-On: Apa yang Beda?
Setelah avatar selesai, James mengintegrasikan chatbot untuk berinteraksi dengan penggemar di OnlyFans.
Chatbot ini dirancang berdasarkan data preferensi pengguna di berbagai negara, seperti Jepang dan Argentina, yang menjadi target utama pasar kontennya.
Hasil Finansial dan Tantangan Permintaan Penggemar
Dalam enam bulan, James berhasil mengumpulkan pendapatan hingga 5000 franc Swiss (setara Rp 90 juta). Namun, ia juga menghadapi permintaan aneh dari pelanggan, mulai dari foto kaki dengan properti tidak biasa hingga skenario yang terlalu ekstrem.
“Kami tetap pada konten dasar seperti kaki dengan manikur tertentu atau kaki mengenakan stoking robek,” katanya.
Tren AI dalam Ekonomi Kreator
Kreator seperti James dianggap sebagai pionir dalam memanfaatkan AI di platform digital. Menurut Forbes, pendekatan mereka memperkenalkan standar baru dalam personalisasi konten dan pertumbuhan audiens di era digital.
Namun, OnlyFans sendiri memiliki kebijakan ketat terkait penggunaan AI. Konten yang tidak melibatkan kreator asli atau tidak diberi label sebagai hasil AI dilarang di platform tersebut.
Baca Juga: iPhone 17 Air Ungkap Desain Ultra Tipis, Satu Kamera, Speaker Tunggal Jadi HP Termahal Apple?
Perusahaan juga melarang penggunaan chatbot untuk berinteraksi dengan penggemar, memastikan interaksi yang autentik.
Pengalaman James menunjukkan bagaimana teknologi AI, jika digunakan secara kreatif dan bertanggung jawab, dapat membuka peluang baru di dunia hiburan digital sambil tetap mematuhi batasan hukum dan etika.